- Pardon
News
19:21, 20.03.2025

Patch Hari Pertama Assassin’s Creed Shadows Menangani Kontroversi Kuil dan Masalah Gameplay
Ubisoft diam-diam merilis patch hari pertama untuk Assassin’s Creed Shadows, membawa sejumlah perbaikan dan penyesuaian pada permainan, termasuk perubahan besar yang membuat meja dan rak di kuil dan tempat suci menjadi tidak bisa dihancurkan. Langkah ini tampaknya merupakan respons langsung terhadap kekhawatiran yang muncul di Jepang tentang penggambaran lokasi sakral dalam entri yang sangat dinantikan dalam seri Assassin’s Creed yang berlatar Jepang Feodal.
Catatan Patch Hari Pertama: Perbaikan dan Peningkatan Utama
Pembaruan ini memperkenalkan beberapa penyempurnaan gameplay dan perbaikan bug, termasuk:
Objek Kuil yang Tak Bisa Dihancurkan: Meja dan rak di kuil dan tempat suci tidak lagi bisa dihancurkan, meskipun pemain masih bisa memindahkannya. Objek umum seperti drum dan mangkuk tetap bisa dihancurkan.
Pengurangan Tumpahan Darah yang Tidak Diinginkan: Warga tanpa senjata tidak lagi berdarah saat diserang, mengatasi kekhawatiran tentang pertumpahan darah berlebihan di kuil dan tempat suci.
Perbaikan Gameplay dan Navigasi:
- Mengatasi masalah di mana pemain bisa terjebak di dalam objek yang bisa dipindahkan setelah menghindar ke depan di kofun.
- Memperbaiki senjata prosedural yang dihapus secara tidak benar saat menjual item.
- Penyesuaian untuk mencegah pemain keluar dari batas saat menelungkupkan diri melawan objek.
- Peningkatan navigasi kuda, mengurangi masalah dengan berbelok dan jalur yang terblokir.
Peningkatan Visual dan Lingkungan:
- Penyesuaian pencahayaan untuk gua, kofun, dan pintu masuk/keluar arsitektur.
- Perbaikan untuk clipping kain pada pakaian Yasuke (saat berkuda) dan pakaian Naoe (saat berjongkok).
Pemerintah Jepang Menanggapi
Perubahan ini muncul di tengah kekhawatiran yang berkembang di Jepang terkait penggambaran landmark sejarah dan religius dalam Assassin’s Creed Shadows. Politisi Jepang Hiroyuki Kada mengangkat isu ini selama konferensi pemerintah, mempertanyakan dampak dari membiarkan pemain menyerang dan menghancurkan lokasi dunia nyata dalam permainan. Dia memperingatkan bahwa penggambaran semacam itu mungkin mendorong perilaku tidak hormat dalam kehidupan nyata dan menyerukan langkah-langkah untuk memastikan kepekaan budaya.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba menanggapi masalah ini, menekankan pentingnya menghormati warisan budaya dan religius. Dia mencatat bahwa meskipun kebebasan artistik harus dijaga, pemerintah Jepang akan membahas kerangka hukum potensial dengan kementerian terkait untuk mencegah tindakan yang dapat dianggap merendahkan tradisi lokal.

Tanggapan Ubisoft dan Jalan ke Depan
Meskipun Ubisoft menyatakan bahwa patch hari pertama adalah pembaruan umum untuk semua pemain dan bukan khusus untuk Jepang, waktu rilisnya menunjukkan upaya yang jelas untuk menangani kekhawatiran ini secara proaktif. Kontroversi berpusat pada Kuil Itatehyozu di Himeji, Prefektur Hyogo, yang ditampilkan dalam rekaman pra-rilis tanpa izin eksplisit dari pejabat kuil. Meskipun Ubisoft kemungkinan dilindungi secara hukum di bawah konstitusi Jepang terkait ekspresi artistik, langkah untuk memodifikasi kemampuan penghancuran dalam permainan menunjukkan upaya untuk meredakan ketegangan.
Meskipun ada kontroversi, Assassin’s Creed Shadows diharapkan menjadi rilis besar bagi Ubisoft, terutama setelah kinerja komersial Star Wars Outlaws yang beragam. Permainan ini telah menerima ulasan awal yang positif, dengan IGN memberikannya nilai 8/10, memuji mekanik dunia terbuka yang disempurnakan dan setting yang imersif. Apakah penyesuaian dalam patch ini akan membantu meredakan hubungan di Jepang masih harus dilihat, tetapi ini menunjukkan kesediaan Ubisoft untuk melakukan perubahan demi menjaga daya tarik global franchise ini.
Komentar